Selasa, 23 Februari 2016

Ninggalin dinda..

Late post. January 2016 should be posting :-) 

Besok sore kereta api akan membawaku ke Jakarta. Aku sendiri pergi. Pergi tanpa Dinda anakku. Bulan lalu aku juga pergi sendiri ke Jakarta. Tanpa Dinda. Tetapi mama datang menemani Dinda. Tuker tempat ceritanya.

Well.. Dinda yang selalu kubawa kemana-mana seperti anak kucing yang kugigit tengkuknya.. Melalui proses agak berat dalam hidupnya dengan perpisahanku dengan ayahnya. Kemana-mana harus kutemani, seperti kata temanku yang psikiater, Dinda harus ditemani dulu emosinya. Alhamdulillah.. 6 bulan lebih di Malang, walaupun belum akrab dengan saudara-saudara tirinya, Dinda sangat enjoy di sekolah. Di sekolahnya di SMP Negri 18 Malang, Dinda terpilih menjadi anggota OSIS dan menduduki jabatan bendahara II. Keren, kan... 

Kembali ke soal ninggalin Dinda. Ngapain aku ninggalin Dinda. Apalagi kalo bukan untuk urusan kerjaan. Alhamdulillah lagi.. kota Jakarta masih terus memanggil-manggilku. Ahayyy:)

Kemarin ketika sedang cuddling dengan Dinda, kubilang,, Nda.. kalo gak ada makanan, buat mi aja ya. Dinda menjawab, ih Ibuuu.. makan mi tiap hari gak sehat tauu.. Wah.. anakku cerdas. Beda yaaa.. anak pintar dengan anak cerdas. Anak pintar belum tentu cerdas menurutku. Kalo di sekolah ngumpulin nilai tinggi itu mah anak pintar. Lho iya kan.. Belum tentu cerdas. Anak cerdas seyogyanya dapat menyelesaikan masalah. Contoh kecil, abis makan langsung taro di tempat cuci piring dan dicuci. Ada lho anak yang memang gak biasa makan di meja makan, karena pola suh terbiasa makan di kamar, abis makan ya piring ditumpuk di kamar, sampai makanan membusuk. Padahal anaknya pintar, juara di kelasnya. Hmm..
Semoga Dinda gak kayak getu. Dan aku sudah buat stok makanan ayam ungkep, ikan dori salut oatmeal yang siap goreng kalo mau makan. Sarden, kornet juga sudah kusediakan tapi Dinda sepertinya lebih senang yang sudah kuolah. Karena memang aku memasaknya dengan cinta. Dan hanya Dinda yang bisa merasakan cintaku. Cmiwww #lebay 
Dinda dari kecil sudah kubiasakan tidak menyantap junk food, makanan instant. Pesan Dinda sebelum pergi, Ibu belikan buah pisang ya, supaya Dinda bisa sarapan oatmeal dengan pisang. Baiklaaaah. Saingan sama tante Ririn mamanya Rosa nih. Untuk minum air putih Dinda juga sudah kubiasakan dari kecil untuk minum air putih yang banyak. Ada lho ini anaknya temennya temen, nah lhoh... mengalami pembekuan darah di otaknya, setelah diperiksa di RS Mitra Kelapa Gading, info dari dokter karena pengentalan darah karena kurang minum air putih. Anak SMP perempuan, ketika kujenguk sedang koma di ICU. Kasihan.. Padahal wong sugih, kok ya bisa kurang cairan...

Alhamdulillah.. Dinda itu qurrota a'yun-ku. Semoga aku orang tuanya dapat mendidiknya menjadi manusia yang membanggakan orang tuanya, patuh dan taat pada agama. Aamiin..

Well.. pada akhirnya memang harus meninggalkan Dinda untuk pekerjaanku. Semoga semua lancar. Dinda ikut mengantar aku sampai ruang tunggu stasiun kereta api Malang. Cup cup cup bye bye Dinda..


Tidak ada komentar: